Parai beach

Parai beach
Subhanallah

Jumat, 20 Januari 2012

cerita rakyat melayu tua indonesia

selamat malam teman-teman.............
saya mau mengisahkan cerita penghantar tidur....
sebuah kisah "sidang belawang"
sore hari disebuah dusun yang terletak di sepanjang aliran sungai empayang, tampak seorang bujang tampan sedang berjalan menuju sebuah rumah panggung yang terbuat dari kayu. sedangkan didalam rumah seorang gadis cantik (belagak) sedang mengelung rambut panjangnya. walau terlihat terkejut dengan kedatangan bujang yang sudah menjadi tunangannya tapi ia menyambutnya dengan riang.
kemudian bujang tampan itu mengajak tunangannya untuk berkunjung ke rumah orang tuanya yang berada di dusun lain. gadis itu pun mengikutinya.
ditepian sungai mereka naik perahu...
hari sudah mulai gelap...
si bujang sidang belawang terus mengayuh perahub

Blitz..... cahaya kilat menyambar
si gadis melihat keanehan pada pakaian tunanganya
ia pun bertanya dengan berpantun
"mengapa baju kakang berwarna putih?"
sidang belawang menjawab :"ai lagi senang pakai baju putih saja"
Blitz.... ada cahaya kilat,
si gadis melihat kain yang tidak bertepi
"mengapa kain kakang tidak bertepi?"
sidang belawang menjawab lagi : " ya lagi senang saja"
Blitz....ada cahaya kilat lagi,
si gadis melihat alat pendayung perahu menggunakan tembilang
"mengapa kakang mendayuh pakai tembilang?
sidang belawang menjawab :" karena lagi senang pakai tembilang saja"
Blitz..... ada cahaya kilat lagi
si gadis melihat perahu yang mereka tumpangi berbentuk segi empat
" mengapa perahu kakang segi empat?"
sidang belawang menjawab : " y segi empat saja"
Blitz.... cahaya kilat kembali menyambar
sigadis melihat kepala tunangananya menoleh ke belakang
"mengapa kepala kakang menghadap kebelakang?"
sidang belawang menjawab: " karena ingin menoleh saja"
Pejalanan yang mereka tempuh masih lama. si gadis pun tertidur di atas perahu.
Keesokan harinya......
Si gadis terbangun, sendirian dan ternyata ia ada di atas perahu yang sudah tertambat ditepian sungan di dusun tunangannya. ia bejalan ke rumah tunangannya....ia melihat orangrang yang ramai di rumah itu seperti lagi ada sedekahan.
ternyata di rumah itu sedang sedekahan dalam rangka empat puluh hari kematian tunangannya
:(  ..( menangis haru ).


legenda yang dikisahkan turun temurun oleh masyarakat kikim, pseksu, empayang dan saling.
sebuah daerah yang terletak di perbukitan lahat sumatera selatan.